Читать книгу Pekik Kemuliaan - Морган Райс, Morgan Rice - Страница 17
BAB ENAM
ОглавлениеThor duduk di atas kudanya. Di puncak bukit, kelompok Legiun dan Krohn di sisinya, mereka memandang pemandangan menegangkan di depannya: sejauh mata memandang hanya ada pasukan McCloud duduk di punggung kuda, sejumlah besar prajurit sedang bersiaga menunggu mereka. Mereka telah dijebak. Forg pasti telah meninggalkan mereka di sini untuk sebuah alasan, telah mengkhianati mereka. Tapi mengapa?
Thor menelan ludahnya, memandang ke arah apa yang dipastikan akan menjadi sebab kematian mereka.
Sebuah seruan untuk bertempur membahana ketika prajurit McCloud mendekati mereka. Mereka hanya beberapa yard saja jauhnya, dan mendekat dengan cepat. Thor memandang ke belakang, namun tak ada bantuan yang dilihatnya di kejauhan. Mereka benar-benar sendirian.
Thor tahu mereka tak punya pilihan lain selain melawan di sini, di bukit kecil ini, di tengah kesunyian ini. Jumlah mereka lebih sedikit, dan tak ada cara untuk menang. Tapi jika ia kalah, ia akan melakukannya dengan berani dan menghadapi mereka semua sebagai seorang pria. Legiun telah mengajarkannya banyak hal. Melarikan diri bukanlah pilihan; Thor bersiap menyongsong kematiannya.
Thor berbalik dan memandang wajah teman-temannya. Dan ia dapat melihat mereka juga pucat karena takut, ia melihat kematian di mata mereka. Tapi hebatnya, mereka tetap berani. Tak seorang pun dari mereka kabur, meski kuda mereka melompat-lompat, atau memutar kuda mereka dan lari. Legiun masih satu sampai saat ini. Mereka lebih dari sekedar teman: Misi Seratus Hari telah membentuk mereka menjadi satu kelompok persaudaraan. Tak seorang pun akan meninggalkan yang lainnya. Mereka semua telah mengambil sumpah, dan kemuliaan mereka sedang dipertaruhkan. Dan bagi Legiun, kemuliaan lebih berharga daripada darah.
“Saudara-saudara, aku yakin kita punya pertempuran di depan kita,” kata Reece perlahan, saat ia meraih dan menghunus pedangnya.
Thor menggapai dan meraih ketapelnya, ingin menjatuhkan musuh sebanyak mungkin sebelum musuh bisa mendekati mereka. O’Connor menghunus tombak pendeknya, sementara Elden mengacungkan lembingnya; Conval mengangkat martil, dan Convel sebuah kapak berpisau. Anak-anak lelaki lain yang datang bersama mereka dari Legiun, yang tidak dikenal Thor, menghunus pedang dan meraih perisai mereka. Thor dapat merasakan ketakutan di udara, dan ia juga merasakannya ketika pasukan berkuda semakin dekat, saat suara teriakan prajurit McCloud menggema, terdengar seperti gemuruh topan yang hendak menghantam mereka. Thor tahu mereka butuh strategi – tapi ia tidak tahu strategi apa.
Di dekat Thor, Krohn menggeram. Thor mendapat inspirasi dari keberanian Krohn: ia tak pernah mendengking atau menengok ke belakang sekali pun. Bahkan, bulu-bulu di belakangnya berdiri dan perlahan ia maju ke depan, seolah hendak melawan pasukan itu sendirian. Thor tahu bahwa Krohn adalah teman dalam pertempuran yang sejati.
“Apakah kau pikir yang lainnya akan membantu kita?” tanya O’Connor.
“Mereka akan terlambat,” jawab Elden. “Kita telah dijebak oleh Forg.”
“Tapi mengapa?” tanya Reece.
“Aku tak tahu,” jawab Thor, melangkah ke depan di atas kudanya. “tapi aku merasa ini ada hubungannya denganku. Kupikir ada yang ingin aku mati.”
Thor merasa yang lainnya berbalik dan memandang ke arahnya.
“Mengapa?” tanya Reece.
Thor mengangkat bahunya. Ia tak tahu, tapi ia punya firasat itu ada hubungannya dengan kekacauan di Istana Raja, sesuatu tentang pembunuhan Raja MacGil. Kelihatannya itu Gareth. Mungkin ia menganggap Thor sebagai ancaman untuknya.
Thor merasa tak enak karena telah membahayakan nyawa rekan-rekan setimnya, tapi tak ada sesuatu pun yang bisa dilakukannya saat itu. Semua yang bisa ia lakukan adalah mencoba memperjuangkan nyawa mereka.
Thor merasa saatnya tiba. Ia berseru dan menendang kudanya, dan melaju kencang di atasnya, di depan teman-temannya. Ia tak akan menunggu di sini untuk menemui musuhnya, bertemu dengan ajalnya. Ia akan melakukan serangan pertama, mungkin untuk mengalihkan perhatian dari rekan-rekan setimnya, dan memberi mereka kesempatan untuk melarikan diri. Jika ini adalah akhir hidupnya, ia akan menjemputnya dengan keberanian, dengan kemuliaan.
Hati Thor menggigil namun ia tak ingin menampakkannya. Thor berkuda menjauhi yang lainnya, melaju ke atas bukit mendekati pasukan. Di sampingnya, Krohn berlari kencang, tak ketinggalan.
Thor mendengar teriakan di belakangnya, kawan-kawan Legiunnya berlomba mengejarnya. Mereka berjarak sekitar dua puluh yard darinya, dan mereka berkuda di belakangnya, menyerukan seruan pertempuran. Thor tetap berada di depan, dan merasa lega mendapat dukungan kawan-kawannya.
Sebelum kelompok ksatria Thor menusuk ke dalam pasukan McCloud, di depan Thor tampaklah sekitar lima puluh orang. Mereka berada ratusan yard di depannya dan mendekat dengan cepat. Thor menarik ketapelnya, meletakkan sebuah batu, membidik sasaran dan menembakkannya. Ia membidik pemimpin mereka, seorang pria besar dengan pelindung dada berwarna perak, dan bidikannya sempurna. Ia menembak pria itu di bawah kerongkongannya, di antara lempengan baju zirah, dan pria itu terjatuh dari kudanya, mendarat di tanah di depan yang lainnya.
Saat ia terjatuh, kudanya pun tersungkur bersamanya. Demikian juga lusinan kuda di belakangnya, membuat para prajurit di atasnya terlempar ke tanah dan mendarat dengan wajah menghadap ke tanah.
Sebelum mereka membalas, Thor menempatkan batu lain, menarik dan menembakkannya. Sekali lagi, bidikannya tepat dan ia mengenai pemimpin pasukan lainnya, tepat di titik wajahnya yang tak terlindung baju zirah. Ia terjatuh di sisi kudanya, menimpa beberapa prajurit lainnya, menjatuhkan mereka seperti domino.
Saat Thor melaju, sebuah lembing terlontar di atas kepalanya, sebuah tombak, martil dan kapak berpisau. Ia tahu teman-teman setimnya di Legiun mendukungnya. Bidikan mereka juga tepat dan senjata mereka berhasil menjatuhkan beberapa prajurit McCloud dengan perkiraan yang mematikan. Beberapa dari mereka terjatuh dari kuda dan menghantam prajurit lain yang terjatuh bersama mereka.
Thor sangat gembira melihat mereka berhasil mengalahkan lusinan prajurit McCloud, beberapa karena tembakan langsung. Ada juga yang terkapar akibat terjebak di antara kuda-kuda yang tersungkur. Lima puluh prajurit McCloud sekarang tersungkur di tanah, terkapar di tengah kepulan debu.
Namun pasukan McCloud ternyata sangat kuat, dan kini giliran mereka untuk membalas. Dari jarak tiga puluh yard beberapa dari pasukan McCloud melemparkan senjatanya. Sebuah martil mengarah tepat ke wajahnya, dan Thor membungkukkan tubuhnya. Martil itu mendesis di telinganya, hampir saja mengenainya. Sebuah tombak terbang ke arahnya, segera ia membungkukkan badan ke arah berlawanan. Ujungnya menggores baju zirah Thor, namun tidak mengenainya. Sebuah kapak berpisau menuju ke arahnya, dan Thor mengangkat perisai dan menghalaunya. Pisau itu menancap di perisai, dan Thor mengambil dan melemparkannya ke arah penyerangnya. Bidikan Thor tepat, kapak itu bersarang di dada pria itu, menusuk baju zirahnya. Sambil berteriak kesakitan pria itu terjatuh dari kudanya, mati.
Thor terus melaju. Ia melaju tepat ke jantung pasukan itu, menuju ke lautan prajurit, bersiap menyongsong kematiannya. Ia berteriak dan mengangkat pedangnya, menyerukan teriakan pertempuran; begitu juga teman-temannya.
Benturan keras itu mengakibatkan kemarahan. Seorang ksatria tinggi besar berkuda ke arahnya, menghunus kapak di kedua tangannya, dan melemparkannya ke arah kepala Thor. Thor menunduk, senjata itu melewati kepalanya dan membelah perut prajurit lain di belakang Thor; pria itu menjerit dan terhempas dari kudanya. Ksatria besar melemparkan kapaknya yang lain, dan kapak itu mengenai seekor kuda prajurit McCloud, yang kemudian mendengkik dan melonjak, melemparkan penunggangnya ke arah prjurit lain.
Thor terus melaju ke arah pasukan McCloud yang jumlahnya ratusan. Ia memotong jalur di tengah mereka, dan mereka mengayunkan pedang, kapak, gada ke arahnya. Ia menghalaunya dengan perisai atau menghindar, balik menusuk, membungkuk dan menghindar, sambil terus melaju. Ia terlalu cepat, terlalu lincah untuk mereka, dan mereka tidak menduganya. Jumlah mereka terlalu banyak dan manuver mereka terlalu lambat untuk menghentikan Thor.
Terdengar riuhnya dentingan logam di sekelilingnya, yang berusaha menusuknya dari segala arah. Ia menghalau semuanya dengan perisai dan pedangnya. Tapi ia tak bisa menghentikan semuanya. Sebilah pedang berhasil melukai bahunya, dan ia menjerit kesakitan bersamaan dengan darahnya yang bercucuran. Untungnya luka itu tidak parah, dan itu tidak menghentikannya untuk terus melawan.
Thor bertempur dengan kedua tangannya, dikelilingi prajurit McCloud yang siap menerkam, dan yang lainnya mulai berdatangan. Suara dentingan logam semakin keras saat pasukan McCloud berusaha menaklukkan anak-anak Legiun, pedang menghantam perisai, tombak menusuk kuda, lembing dilontarkan menuju baju zirah, semua bertempur sejauh mata memandang. Jeritan terdengar dari kedua belah pihak.
Legiun diuntungkan karena jumlah mereka sedikit dan gesit, sepuluh orang dari mereka berada di tengah-tengah pasukan yang bergerak lamban. Mereka saling menghalangi dan tak semua prajurit McCloud dapat menyerang mereka bersama-sama. Thor mendapati dirinya bertempur melawan dua atau tiga prajurit sekaligus, tapi tidak lagi. Dan rekan-rekannya di belakang melindunginya agar tak diserang dari belakang.
Seorang prajurit tahu Thor sedang lengah dan mengayunkan cambuk ke arah kepala Thor, Krohn menggeram dan menyambarnya. Ia melompat tinggi ke udara dan menerkam pergelangan tangannya. Prajurit itu terluka, darah bercucuran di mana-mana. Ia terpaksa mengubah arah cambuk tepat sebelum cambuk itu mengenai kepalaThor.
Semua terasa samar ketikaThor bertempur, menusuk dan menerjang ke segala arah, menggunakan setiap ons dari kemampuannya untuk bertahan, untuk menyerang, untuk menjaga teman-temannya dan untuk menjaga dirinya sendiri. Ia secara intuitif mengingat kembali hari-hari latihan yang tanpa akhir, ketika diserang dari segala penjuru di segala situasi. Seolah-olah semua terasa biasa saja baginya. Mereka telah melatihnya dengan baik, dan ia merasa mampu mengatasi semua ini dengan baik. Rasa takutnya masih ada, tapi ia merasa mampu untuk mengontrolnya.
Saat Thor melawan, lengannya terasa berat dan bahunya terasa lelah, kata-kata Kolk bergema di telinganya:
Musuhmu tak akan bertempur menurut caramu. Dia akan bertempur sesuai cara mereka. Perangmu adalah perangnya juga.
Thor melihat seorang ksatria pendek dan gemuk mengangkat rantai berpaku dengan kedua tangannya dan mengayunkan rantai itu ke arah belakang kepala Reece. Reece tidak melihatnya, dan dalam sekejap ia akan mati.
Thor melompat dari kudanya, melompat ke atas dan menendang si ksatria sebelum ia membidik rantainya. Mereka berdua terlempar dari kuda dan terhempas ke tanah di tengah gumpalan debu. Thor berguling, dan terjatuh akibat kuda-kuda yang mendadak tersungkur di sekelilingnya. Ia bergulung melawan ksatria itu di tanah dan pria itu mengacungkan ibu jarinya untuk memukul mata Thor. Tiba-tiba Thor mendengar suara memekik – dan ia melihat Estopheles menukik dan mencakar mata pria itu sebelum ia bisa melukai Thor. Pria itu menjerit, mencengkeram matanya.Thor menyikut pria itu dan meninjunya hingga terjatuh.
Sebelum Thor dapat merayakan kemenangannya, sebuah tendangan keras mengenai perutnya, membuatnya terjatuh. Ia mendongak dan melihat seorang prajurit mengangkat dua buah martil dan hendak menghantam dadanya.
Thor berguling, dan martil itu tak mengenainya, terbenam kedalam tanah hingga pangkalnya. Thor sadar martil itu bisa saja membuat nyawanya melayang.
Krohn melompat ke arah pria itu, meluncur dan mencengkeram sikut pria itu. Prajurit itu menggapai dan berusaha memukul Krohn.Namun Krohn tak melepaskan cengkeramannya, menggeram, sampai ia melukai lengan pria itu. Pria itu memekik dan terjatuh.
Seorang prajurit maju dan menghujamkan pedangnya ke arah Krohn, Thor menuju ke arahnya dan menghalau pedang itu dengan perisainya. Seluruh tubuhnya bergetar akibat tumbukan logam demi menyelamatkan nyawa Krohn. Namun saat itu ia tak terlindung, prajurit lain menuju ke arahnya dengan berkuda, menjejaknya, menjatuhkan Thor ke tanah. Sepatu kuda itu terasa meremukkan seluruh tulangnya.
Beberapa prajurit McCloud melompat dan mengelilingi Thor, mengepungnya.
Thor tahu ia sedang berada di situasi yang buruk, ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan kudanya kembali. Saat ia terkapar di tanah, kepalanya berdengung oleh rasa sakit, dengan kerlingan matanya ia melihat para anggota Legiun bertempur dan terkapar. Salah satu anak Legiun yang tak dikenalnya menjerit kesakitan saat sebilah pedang menusuk dadanya. Ia terhempas ke tanah, mati.
Seorang anak Legiun lain yang juga tak dikenal Thor datang menolongnya, membunuh penyerang Thor dengan tusukan tombaknya – namun di saat yang sama seorang prajurit McCloud menyerangnya dari belakang, menghujamkan belati ke lehernya. Anak itu menjerit dan jatuh dari kudanya, mati.
Thor berbalik dan melihat lusinan serdadu McCloud mendekatinya. Satu serdadu mengangkat pedang dan mengarahkannya ke wajahnya. Thor menghalaunya dengan perisai, suara dentingan logam memenuhi kepalanya. Tapi seorang serdadu lain mengangkat botnya dan menendang perisai Thor dari tangannya.
Penyerang ketiga menendang pergelangan tangan Thor dan menahannya di tanah.
Penyerang keempat maju ke depan dan mengacungkan tombak, bersiap menusuk dada Thor.
Thor mendengar geraman, dan Krohn melompat ke arah serdadu, menjatuhkannya dan menahannya. Namun seorang serdadu lain maju membawa gada dan mengayunkannya ke arah Krohn, memukulnya dengan telak sehingga Krohn tersungkur ke tanah, memekik dan terkapar lemah.
Seorang serdadu lain maju, berdiri di atas Thor, dan mengacungkan sebuah trisula. Ia menghujamkannya, dan kali ini tak ada yang akan menghentikannya. Ia bersiap untuk menusuk Thor, tepat di wajahnya. Thor terkapar di sana, putus asa. Ia merasa inilah saat terakhirnya.