Читать книгу Trip Sekolah Megan - Owen Jones - Страница 7

Оглавление

1 1 TAMASYA SEKOLAH

Menjelang akhir bulan April, diumumkan ke tiap-tiap kelas oleh wali kelas masing-masing, bahwa dua minggu lagi akan ada tamasya sekolah bagi yang berkualifikasi dan yang orang tuanya mengizinkan. Kegiatan ini tidak terjadi setiap tahun, karena tamasya semacam itu tidak didanai oleh yayasan sekolah. Dananya harus dikumpulkan sendiri oleh para murid, orang tua, dan staf sekolah. Mereka biasanya bisa pergi ke suatu tempat dua atau tiga tahun sekali, dan destinasinya pun tidak terlalu jauh. Bagi beberapa anak, hanya masa liburanlah yang mereka dapat.

Mrs. Henshaw, wali kelas Megan, membuat pengumuman saat murid-murid berkumpul setelah rutinitas pagi:

“Seperti yang dikatakan kepala sekolah pagi ini, Mr. Hughes, Asosiasi Orang Tua dan Guru telah mengumpulkan cukup uang untuk memungkinkan kami mengajak pergi beberapa murid, yaitu kalian yang tidak pernah mendapat hukuman selama dua belas bulan terakhir dan yang cenderung tidak akan mendapatkan hukuman tahun ini.”

“Mr. Hughes telah merekomendasikan tiga tempat dan meminta saya untuk mengungkapkannya pada kalian sekarang. Jadi, tolong buka buku catatan kalian, lalu tulis:

Nomor 1: situs pertempuran masa lampau.

Nomor 2: situs keagamaan masa lampau.

Nomor 3: situs prasejarah”

“Mr. Hughes ingin kalian memikirkan situs mana yang ingin kalian kunjungi dan diskusikan dengan orang tua kalian. Kalian punya waktu sampai Senin pagi minggu depan untuk mempertimbangkannya. Kalian nanti dapat memberikan suara pada saat diskusi singkat setelah pertemuan pagi.”

“Meskipun tujuan pasti dari ketiga opsi ini tidak diungkapkan, demi untuk mempertahankan nuansa mistis selama tamasya sekolah, kalian bisa meyakinkan orang tua bahwa lokasinya masih di dalam negara ini – bahkan tidak keluar propinsi. Kita tidak mengumpulkan begitu banyak uang, tetapi tempat mana pun yang kalian pilih, saya yakin, kegiatan tamasya ini akan sangat menyenangkan, oh iya, omong-omong kalau kalian penasaran kenapa saya terus menyebut ‘kita’, memang saya juga akan ikut bertamasya bersama kalian.”

“Tempat tujuan yang paling banyak dipilih akan kita kunjungi di minggu berikutnya. Baiklah anak-anak, itu saja untuk sekarang, silakan pergi ke kelas pertama masing-masing, jangan berisik, jangan berlarian di sepanjang koridor, karena pengumuman akan segera selesai. Terima kasih anak-anak.”

Semua anak menyukai Mrs. Henshaw, wanita kurus berusia awal 50-an dengan rambutnya yang kelabu. Dia humoris, tetapi dia bisa mengeremnya dengan baik layaknya seorang jutawan yang mencoba untuk tidak memanjakan anak-anaknya dengan uang saku yang terlalu banyak. Mrs. Henshaw menerapkan aturan kesopanan, tetapi dia tidak menentang tindakan bersenang-senang.

Murid-murid berpisah untuk mengikuti kelas pertama masing-masing. Beberapa tetap di tempat, sedang yang lainnya harus pergi ke ruangan lain untuk bergabung dengan guru lain.

Termasuk Megan, bisa dikatakan, semua orang di sekolah sangat senang dengan tamasya sekolah yang akan datang. Murid-murid banyak membicarakannya sepanjang hari dalam setiap kesempatan. Megan tidak sabar untuk pulang, dia ingin segera mendikusikannya dengan orang tuanya, karena dia benar-benar ragu ke mana dia ingin pergi. Pada saat itu, Megan hanya bisa berpikir betapa menyenangkannya libur sekolah lalu naik bus ke suatu tempat bersama teman-temannya selama satu hari.

Sesampainya di rumah, seperti biasa, Megan menggantungkan jaket dan tasnya di lorong serta mengganti sepatu dengan sandal rumahnya, lalu bergegas ke dapur mencari ibunya.

“Bu? Bu! Tebak apa!”

“Kau menyelinap dari sekolah untuk pulang lebih awal?” guraunya.

“Tidak! Aku berlari sampai rumah. Kami akan pergi tamasya sekolah minggu depan atau minggu depannya lagi. Asyik bukan? Kami tidak pergi tahun kemarin, kan? Ingat? Kami tidak punya uang, tetapi tahun ini kami punya...”

“Itu menyenangkan sekali, Megan, kemana kau akan pergi, Sayang?”

“Nah, itu, kami belum tahu. Mr. Hughes sudah memberikan tiga pilihan dan kami akan melakukan pemungutan suara minggu depan. Meski demikian, kami tidak akan tahu persis ke mana kami akan pergi sampai kami tiba di sana. Mrs. Henshaw bilang bahwa mereka ingin itu tetap menjadi misteri atau mistik, entahlah, dari tempat tujuan.”

“‘Mistis?”

“Iya, itu! ‘Mistis’... Bukankah artinya misteri? Itu kata-kata yang bagus sekali, bukan?... mistis... mistis... mistis.”

“Ya, tetapi lebih merupakan ‘aura misteri’ atau ‘aura magis’ - ‘sentuhan misteri’ atau ‘sentuhan sihir’. Itu kata-kata yang bagus, mungkin karena itu kata serapan dari bahasa Perancis.”

“Jadi kalau begitu, apa pilihanmu untuk perjalanan misteri ini?”

Megan memberi tahu Suzanne tentang tiga pilihan itu.

“Menurut Ibu, sebaiknya aku memilih ke mana?”

“Oh, tidak! Itu terserah padamu. Ibu tidak mau kau menyalahkan ibu karena telah menyarankan tempat tertentu lalu ternyata tempatnya membosankan. Omong-omong, saat kau memilih nanti, sebaiknya kau memikirkannya dengan serius lalu suarakan pilihanmu sendiri... seperti pemilu. Kau tidak bisa bertanya pada orang lain siapa yang sebaiknya kau pilih dalam pemilu, bukan? Tidak, itu tidak akan pernah berhasil, jadi kau harus mengambil keputusan sendiri, itu akan menjadi latihan yang baik untukmu.”

“OK, Bu. Aku mau naik ke kamarku untuk mengerjakan PR sebelum minum teh.”

Megan tergesa-gesa menaiki tangga. Suzanne berharap Megan menjadi lebih anggun dan berjalan tanpa membuat kegaduhan di sekeliling rumah seperti yang dia katakan pada Megan ribuan kali sebelumnya.

Megan berharap melihat Grrr, temannya yang merupakan roh harimau, berbaring di tempat tidurnya. Dia agak kecewa saat tidak melihat Grrr. Megan belum melihatnya seharian setelah bangun pagi ini. Pada saat-saat seperti ini, dia sering penasaran apa yang dilakukan Grrr saat tak bersamanya.

Megan membayangkan Grrr bermain dengan harimau lain di salju atau mungkin hanya berkeliaran sendirian di padang stepa Rusia untuk menghidupkan kembali kenangan lama atau bahkan mendapatkan kenangan baru. Dia tidak tahu. Namun, dia tahu bahwa jika dia menyebut Grrr dalam benaknya, Grrr akan menghentikan apa pun yang dia lakukan dan berada di sisi Megan dalam sekejap mata.

Kadang-kadang, Megan merasa sulit untuk tidak melakukan itu. Dia tidak ingin mengganggu temannya tanpa alasan yang jelas, jadi dia melanjutkan mengerjakan PR untuk mengalihkan pikirannya.

Dia berpikir mungkin dia bisa bertanya pada Pemandu Rohnya, Wacinhinsha, nanti saat bertemu, tetapi untuk saat ini, dia harus mempelajari beberapa kata kerja tidak beraturan dalam bahasa Perancis dan menulis esai tentang ‘Pengaruh Internet pada Pendidikan’. Akan tetapi, dia susah untuk fokus karena pikirannya terus-menerus terganggu dengan tamasya sekolah.

Megan senang saat dia mendengar ayahnya pulang sejam berikutnya. Dia menyelesaikan paragraf yang ia tulis, mandi, memakai kaos dan celana pendek, lalu turun untuk minum teh.

“Megan punya kabar, Robert. Iya kan, Megan?”

“Iya, Ayah. Bagaimana kabar ayah? Kami akan belajar di luar kelas dalam waktu dekat dan kami akan melakukan pemungutan suara untuk situs pertempuran, situs religi, atau situs prasejarah, tetapi aku tidak tahu yang mana sebaiknya yang aku pilih.”

“Mmm, bingung juga ya. Mana yang paling kau minati? Pertempuran, religi, atau peradaban, meski tidak terlalu mewakili. Sepanjang sejarah, orang-orang yang berperang atas nama agama dan masyarakat selalu membayar konsekuensinya. Bahkan jaman sekarang, bisa dilihat ada konflik-konflik di TV setiap hari.”

“Tetap saja, mungkin akan membantu jika mencoba memilah-milah ketiga opsi seperti itu. Tapi aku tahu yang mana yang kupilih. Aku suka benda-benda prasejarah. Bayangkan bila dunia tidak ada TV, atau bahkan bila tidak ada listrik! Kalau kembali ke masa yang lebih jauh lagi, mereka bahkan tidak kenal api, jadi mereka tidak memasak! Aku bertaruh ibu akan menyukainya, ya kan Bu?”

“Tidak memasak dan mencuci alat masak, karena tidak ada panci, wajan, ataupun piring.. Tidak ada kantor, karena tidak ada listrik, kertas, ataupun tulisan. Dulu kau hanya pergi memetik buah beri dan kacang-kacangan sepanjang hari dan mungkin menangkap kelinci… atau berburu… Kecuali jika singa, harimau, dan serigala menangkapmu lebih dulu, itu…”

“Apa? Apa ada singa, harimau, dan serigala di negara ini pada masa itu? Singa dan harimau? Kukira mereka hanya hidup di negara tropis...” lalu dia menyadari bahwa Grrr berasal dari padang stepa beku di Rusia.”

“Tentu saja, ada harimau di Rusia utara dan di China, bahkan sekarang masih ada, bukan? Harimau Siberia...”

“Ya, hewan buas besar dan ganas yang bisa melepaskan kepalamu dengan satu kali sapuan cakarnya. Juga ada harimau bergigi pedang atau yang disebut Sabre-toothed Tiger, dengan gigi depan yang besar seperti Bibi Mable…”

“Robert, itu jahat. Kau tidak boleh mengajari Megan membicarakan orang seperti itu, itu kasar sekali. Megan, jangan dengarkan ayahmu, dia bersikap konyol lagi.”

“Jangan khawatir, Bu. Aku sangat jauh dari pikiran tentang harimau besar... Aku yakin bahwa mereka tidak semuanya buas hingga mampu melepaskan kepala manusia. Aku berpikir bahwa mungkin ada beberapa harimau yang menggemaskan juga.”

“Jangan berpikir seperti itu, Sayang.” timpal ayahnya, “Harimau yang menggemaskan hanya ada di ‘Winnie The Pooh’. Bahkan yang ada di ‘The Jungle Book’ juga menyeramkan. Orang-orang tidak takut pada harimau bukan tanpa alasan, mereka tidak mengada-ada. Harimau tidak bisa dipercaya, bisa menyerang kita kapan saja, dan tidak ragu-ragu untuk membunuh kita... Ingat kata-kata Ayah, tanyakan pada orang-orang India apakah mereka mau ada harimau liar di dekat mereka.”

Namun, Megan sudah cukup banyak mendengar dan ingin kembali ke atas. Dia mulai tersinggung atas nama harimau pada umumnya dan Grrr pada khususnya. Dia tahu bahwa ayahnya mendepatkan semua pengetahuan tentang harimau dari koran, TV, dan buku-buku, karena dia tahu pasti bahwa ayahnya belum pernah bertemu harimau sepanjang hidupnya.

Dia menyayangi ayahnya, tetapi, terkadang dia berharap ayahnya hanya membicarakan tentang hal-hal yang dia tahu pasti benar, alih-alih harus mengarang informasi agar terlihat seolah tahu segalanya. Dia juga berharap bahwa dia bisa memberi tahu ayahnya tentang Grr dan bahkan mengenalkannya. Dia pernah membicarakan Grrr pada ibunya dulu, tetapi tidak ada tanda bahwa ibunya mengerti, dan malah melarangnya untuk tidak berimajinasi yang terlalu ‘nyata’ atau berbicara bohong.

Megan lupa bahwa ayahnya tahu dan masih ingat bahwa dirinya pernah punya ‘harimau peliharaan imaginer’ saat masih kecil, tetapi ayahnya tidak menyadari bahwa harimau itu masih ada. Dalam ingatannya, kejadian itu telah berlalu sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu, tetapi dia tidak ingin mengingatkan Megan tentang Grrr karena takut memusuhi istrinya, yang dia tahu, takut akan apa pun yang berkaitan dengan supranatural.

Jadi, Robert tidak menyebutkan Grrr karena satu alasan, Suzanne tidak menyebutkannya untuk alasan lain, dan Megan tetap diam tentang topik itu untuk alasan lain, tetapi mereka semua memikirkan hal yang sama, yaitu bahwa Megan pernah suatu waktu memiliki ‘harimau peliharaan’.

Sedikit yang mereka berdua tahu bahwa Megan masih ‘memilikinya’.

Megan bisa merasakan suasana dingin di sekitar meja, jadi dia ingin pergi, tetapi dia harus menunggu sesi minum teh berakhir. Menurutnya, tetap duduk di meja setelah selesai makan adalah salah satu hal tersulit untuk dilakukan demi kesopanan, tetapi dia tahu orang tuanya sangat menghargainya, jadi dia menunggu tanpa berkata apa-apa.

Saat tanda pertama bahwa mereka sudah selesai, Megan membereskan piring-piring kosong serta botol garam dan merica untuk dibawa ke dapur.

“Bolehkah aku pergi dan menyelesaikan PR sekarang, Ayah?” tanyanya, tahu bahwa ayahnya tidak akan menolak permintaan apa pun yang terkait dengan PR sekolah.

“Ya, tentu saja, Megan, kerjakan PR-mu, ayah akan membantu ibu di dapur”.

Saat Megan bergegas menaiki tangga hingga menimbulkan suara gaduh pada tiap langkahnya , Suzanne berkata,

“Bob, kau harus bicara dengan gadis itu bagaimana menaiki tangga, dia membuatku gila setiap kali kakinya menjejak tangga”.

“Ya.” jawabnya, “Oke, Sayangku, kesempatan pertama kudapat.”

Trip Sekolah Megan

Подняться наверх