Читать книгу Hal-Hal Berbahaya (Ikatan Darah Buku 3) - Amy Blankenship, Amy Blankenship - Страница 2
Bab 1
ОглавлениеEnvy mondar-mandir di kamarnya dan mengepak beberapa barangnya ke dalam koper kulit hitam. Dia berhenti dan memelototi kakaknya karena menyadari kakaknya sedang membongkar barang-barangnya setiap kali dia hendak menambahkannya. Kakaknya telah membuntutinya sejak dia pulang dan dia mulai benar-benar frustrasi dengannya.
“Hentikan,” bentak Envy seraya merampas beberapa pakaian darinya dan melemparkannya kembali ke dalam koper. Dia menyibakkan rambut merah panjangnya ke bahu dan menatapnya penuh peringatan.
“Pindah sungguhan? Kamu baru saja mengenalnya selama … seminggu? Kamu yakin ingin melakukan ini?” ulang Chad layaknya sebuah mantra.
“Jawabannya masih sama Chad,” tukas Envy mantap, dan heran perlu berapa kali lagi dia harus mengulangnya hingga akhirnya kakaknya mengerti. Dia menatapnya lekat, dan memperlakukannya seperti seorang anak bodoh, lalu mengulang kembali kalimat tersebut dengan sangat lambat, “Aku ingin pindah ke tempat Devon, dan itulah yang akan aku lakukan.”
“Darimana kamu bisa yakin kalau dalam seminggu atau sebulan ke depan, dia tidak akan mencari wanita lain dan mencampakkanmu?” tanya Chad dengan putus asa.
“Dia tidak akan begitu.” Envy terus mengepak, mencoba menghalau perasaan mengganggu bahwa dia meninggalkan kakakknya. Kakaknya sudah dewasa, ditambah lagi dia seorang polisi.
“Jelas kamu tidak tahu tentang itu. Maksudku, dia menari setengah telanjang setiap malam di kelab dan kamu akan tersangkut di balik bar menyajikan minuman bagi para pria mesum,” seru Chad siap menjambak rambutnya. Apa yang sebenarnya dia inginkan adalah berteriak kepada adiknya untuk tidak terlibat dalam sesuatu yang berbahaya … bersama seorang yang sama berbahayanya.
Envy berhenti mengepak dan menatap satu-satunya saudara yang dia cintai namun siap untuk mencekiknya. “Satu, aku tahu dengan pasti. Dua, dia mungkin setengah telanjang, namun dia tampak menarik seperti itu. Tiga, aku akan menari bersamanya di dalam kandang. Dan yang keempat,” dia bersandar lebih dekat seolah ingin berpisah dengan sebuah rahasia kecil yang kotor, “kamu benar-benar perlu melampiaskan syahwat.”
Chad memelototi adiknya, “Aku tidak butuh bercinta.” Dia menggeram ketika adiknya menaikkan alis terhadapnya.
“Ya, kamu perlu.” Dia menarik laci dan mengambil beberapa lingerie minim.
“Tidak, tidak perlu.” Chad membanting tutup koper sebelum Envy bisa menambahkan isi benda yang tadinya hanya sebagai tas semalam.
“Ya, kamu perlu.” Envy menggoyang-goyang lingerie di mukanya seolah ingin menegaskan.
“Tidak, aku tidak memerlukannya.” Dia merampas pakaian dalam itu dari tangan adiknya.
“Kamu memang tidak memerlukannya.” Mata Envy menyipit marah.
“Ya aku memerlukannya.” Chad terhenya lalu meninju ke udara dengan tangan penuh lingerie. “SIALAN!”
Devon sedang bersandar di dinding ruang tengah, kakinya menyilang dan tangannya dimasukkan ke dalam kantong celana jins… mencoba untuk tidak tertawa. Perdebatan mereka mengingatkan dirinya akan hubungan dengan para saudaranya tersayang.
Dia bisa mengerti kalau Chad sangat memperdulikan Envy, dan karena itu, dia tidak akan menyela mereka. Chad melakukan apa yang terbaik … dengan menjadi sosok kakak laki-laki seorang gadis berambut merah. Tidak, dia tidak akan menghentikan mereka, namun dia rela membayar hanya untuk menonton hal itu.
Devon tertawa keras lalu mencoba menutupinya dengan pura-pura batuk. Seorang mengetuk pintu dan mata biru esnya menyipit penasaran siapa yang datang mengunjungi kedua bersaudara tersebut sebelum subuh.
“Devon, bisa tolong lihat siapa itu?” seru Chad.
“Tentu,” jawab Devon beranjak dari tembok sebelum berjalan menuju pintu masuk. Saat membuka pintu, dia menyeringai melihat respon terkejut di wajah Trevor. “Halo Trevor, lama tidak bertemu.”
Sesuai yang dijanjikan, Trevor datang untuk berbicara dengan Chad tentang apa yang telah dilihatnya di gereja. Hal terakhir yang diharapkannya adalah melihat Devon Santos yang membuka pintu. Karena tidak bisa mengontrol emosinya, Trevor langsung mengepalkan tinjunya dan menghantam si jaguar tepat di hidungnya … dengan sangat keras.
Devon terhuyung dan menyeka darah dari hidungnya. Dia melihatnya dan bangkit kembali menghadapi Trevor, memperlihatkan giginya. Sebelum Trevor bisa bergerak, Devon menjegalnya keluar dari pintu ke arah halaman depan.
Pakaian yang mereka kenakan sobek dan jatuh saat keduanya berubah ke bentuk hewan. Devon berputar mengitari Kodiak dan mengaum dengan suara jaguar yang nyaring. Trevor mengaum dan berdiri tegak sembari mencoba menerkam jaguar yang menempel di punggungnya.
Di dalam, Chad dan Envy mendengar auman Devon dan berlari menuju pintu depan. Mereka terpaku ketika melihat Devon bertarung dengan seekor beruang besar tepat di halaman rumah. Sang polisi segera bersyukur mereka tinggal jauh dari para tetangga.
Chad mengontrol mentalnya, mematikan semua emosinya. Ada sesuatu yang klik di dalam dirinya yang selalu membuatnya tenang dan dingin … bahkan di tengah baku tembak. Meraih sarung pistol di pinggang kanannya, Chad menarik pistol dan menembakkannya sekali ke udara untuk menarik perhatian mereka. Dia ketakutan ketika itu tidak mengusik keduanya dan bahkan dia sendiri terkena pukulan pada lengan kiri.
“Beri tahu dahulu sebelum kamu menembakkan benda itu!” teriak Envy sembari menutupi telinga kanannya, ngeri akan bunyi nyaring itu.
Zachary keluar dari mobilnya dengan helaan nafas panjang dan memandangi kedua bocah yang sedang berkelahi. Sekali lagi, sebuah kepala dingin harus ikut campur. Dia menyeringai karena tidak ada yang akan menggunakan kata dingin untuk mendeskripsikan dirinya. Mengangkat tangannya, dia menembakkan gelombang panas mengarah ke kedua perubah wujud tersebut, membuat mereka terpental ketika sebuah lontaran api melintasi halaman dan memisahkan mereka.
“Kalau kalian berdua tidak ingin bulunya hangus, lebih baik kalian kembali ke wujud manusia dan berpura-pura punya akal sehat,” Zackary memperingatkan sementara lidah api lainnya mulai menyala dari tangannya. “Apa kalian berdua akan betingkah dewasa atau kekanak-kanakan, karena itu tidak ada bedanya bagiku?” dia tersenyum dingin sementara lidah api semakin meninggi menjulang mengincar targetnya.
Karena tahu Zackary akan melakukannya, Trevor kembali ke wujud asalnya dan menatap lidah api yang menjilat-jilat itu. Hanya melihat seorang pria yang telah merebut Envy dari dirinya telah memacu tekanan darahnya sehingga dia harus berkonsentrasi hanya untuk mempertahankan wujud manusianya.
Devon kembali normal namun tetap siaga, karena tidak mempercayai Trevor. Perhatiannya teralihkan sejenak karena suara nyaring dari Chad “Syukurlah” dan segera memalingkan pandangannya ke arah kedua bersaudara. Melihat Envy terbelalak akan Trevor… yang sekarang telanjang, Devon menggeram untuk menarik perhatian Envy kembali ke tempat seharusnya … dirinya.
Envy memijat pelipisnya sekarang karena kedua lelaki itu telanjang, untungnya hanya dengan luka ringan. Devon telah menunjukkan seberapa cepat manusia jejadian menyembuhkan diri sehingga dia tidak bisa memahami seberapa buruk luka tersebut menurut pandangan manusia. Pandangan Envy tertuju pada Trevor, masih terkejut bahwa dia telah berkencan lama dengan manusia beruang dan tidak tahu akan hal itu..
Trevor menyeringai menikmati fakta bahwa geraman Devon murni karena cemburu … pantas untuk jaguar itu.
Chad berkedip penasaran siapa yang memecah konsentrasinya. Biasanya yang paling tenang dalam situasi buruk, dia menarik nafas dalam dan maju. “Ini rumahku, jadi ikuti aturan mainku. Envy tinggal di sini denganku, dan siapa pun yang bukan manusia silahkan pergi.” Dia mencoba menutup pintu namun Envy menghentikannya.
“Tidak tanpa pasanganku,” geram Devon mencoba menghilangkan efek gema yang dia dapatkan. Sial, siapa sangka kalau Trevor begitu kuat? Sebuah pengetahuan yang tidak cocok dengannya.
“Kenakan pakaianmu,” Envy cemberut dan mengalihkan pandangannya ke Zackary. Tampaknya dia dan Trevor bersaudara, warna mereka begitu mirip. Satu-satunya perbedaan adalah Zackary punya rambut yang pendek dan sedikit lebih tinggi. “Oke, aku tadi siapa mereka … tapi siapa kamu?”
Zackary membungkuk elegan, “Kamu bisa menyebutku seorang penjaga,” dia tersenyum dan apinya menghilang. “Penjaga dari manusia dan makhluk paranormal,” dia membetulkan dan memandangi Trevor. “Kamu tidak memberitahunya apapun?”
“Tidak, dia tidak bilang apapun,” sembur Envy kepada Trevor dengan pandangan menjijikkan lalu mengalihkan perhatiannya kembali ke Zackary. “Penjaga? Apa tepatnya maksudmu? Dan apakah kamu dan Trevor bersaudara?” Tanyanya.
“Itu berarti kita saling melindungi kedua pihak,” jawab Trevor lalu menambahkan, “Dan tidak. Terkait keluarga, aku tidak punya.”
“Oh, sekarang kamu penuh informasi,” gumam Envy.
“Aku mencoba memberitahumu,” Trevor mengingatkannya sementara dia mengenakan celana cadangan yang dilemparkan Zachary. “Bukan salahku kamu tidak mendengarkan.”
Bibir Envy hendak memberitahunya namun terhenti … bersalah teringat kembali malam terakhir dia melihat Trevor. Dia memberitahunya bahwa dia punya urusan dengan C.I.A. namun Envy tidak mempercayainya. Dia bahkan menembaknya dengan taser karena mengira dia cukup bodoh akan percaya dengan kebohongan itu. Namun kembali lagi, bagaimana cara dia meyakinkan perempuan itu sedangkan dia sendiri menari provokatif dengan wanita lainnya?
Di sisi sebaliknya … dia memberitahunya kalau itu untuk menyamarkan pekerjaan aslinya. Envy mengkerutkan kening akibat sakit kepala dan menyimpulkan kalau Trevor jauh lebih brengsek dari bayangannya karena membuatnya memikirkan hal ini.
Chad mengawasi jaguar sebelum masuk ke dalam. Beberapa detik berikutnya dia keluar dengan pakaian jins dan melemparkannya ke Devon.
“Kami tidak membutuhkan bantuanmu,” tukas Devon sembari mengancingkan jins lalu menuju Envy dan merangkul pinggangnya.
“Oh ya? Aku menyelamatkan saudarimu sementara kamu sibuk merebut pacarku,” balas Trevor sebelum mengalihkan kembali pandangan panasnya ke Envy.
Envy menatap tajam mata perak kebiruan Trevor. Dia masih bisa melihat luka di balik itu dan membuat jantungnya tidak nyaman. Dia tidak membencinya sama sekali. Nyatanya, dia masih mencintai Trevor… namun tidak seperti dia mencintai Devon. Bibirnya terbuka mencoba menjelaskan, namun Devon memotongnya.
“Mengapa kamu ke sini? Kamu mengikuti kami?” tanya Devon, tidak menyukai fakta bahwa Trevor tetap mengawasi Envy. Dia telah membuat pilihan dan Trevor perlu menyadari fakta kecil itu sebelum dia terluka karenanya.
“Sebenarnya, dia datang kesini menemuiku,” ucap Chad setenang mungkin. Beralih ke adiknya, dia menarik tangannya lembut sembari melihat Devon melalui bahunya. “Kalau kamu tidak keberatan, aku butuh waktu khusus bersamanya sebentar.”
Segera setelah Devon melepasnya, Chad menarik adiknya ke dalam rumah dan menutup pintunya. Dia bahkan harus menahan diri untuk tidak mengunci pintu. Di samping itu, setelah apa yang baru saja dia lihat di halaman rumah, gerendel pintu tidak akan ada fungsinya.
“Kamu yakin tidak mau tinggal di sini semalam lagi? Demi kewarasanku?” dia memohon, meskipun dia tahu dia akan kehilangan kendali hidupnya beberapa waktu sebelumnya.
Envy memberikan pelukan yang diharapkan kakaknya, lalu melangkah mundur untuk menatapnya, “Aku tidak bisa. Kamu lihat sendiri apa yang terjadi di gereja malam ini. Semua orang berpencar, sehingga Warren mencoba mengadakan rapat di pagi hari.”
Dia melihat sekilas ke pintu saat pikiran lainnya melayang. “Lagi pula, tinggal bersama mereka mungkin adalah tempat teraman untuk saat ini. Faktanya, aku akan meneleponmu mengenai waktu diadakannya rapat dan entah tempatnya di Moon Dance atau Night Light. Aku ingin meminta tolong. Bawa Trevor dan bocah api itu ke rapat, karena jika apa yang kudengar adalah kenyataan … kita akan memerlukan semua bantuan yang ada.”
“Vampir?” tanya Chad kembali ke mode polisi bahkan saat dia menggosok punggung lehernya dimana rambut halus telah memutuskan untuk menetap di situ.
Envy mengangguk, mengerutkan kening, lalu menggeleng kepalanya, “ya para vampir, nm juga ada setan yang kabur dan…”
Chad meraih dan merangkulnya, “Setan? Tidak ada siapa pun yang membahas soal setan!”
Envy menarik napas lalu mengangguk, berharap apa yang akan dikatakannya membuat kakaknya merasa lebih baik, “Ya, setan. Kabar baiknya adalah kita memiliki dua malaikat di sisi kita.” Dia memberikan senyum lemah berharap dia tidak pingsan.
“Para malaikat?” Chad melepasnya dan bersandar ke dinding, “Syukurlah.”
“Tepat sekali,” angguk Envy menyaksikan kakaknya menysir rambut kepalanya dengan tangan seolah ingin menjambaknya. “Sekarang kamu berurusan dengan Trevor. Bisa tolong aku lakukan itu? Bawa dia dan Zackary ke rapat besok.” Dia menggigit bibir bawahnya tidak ingin berlama-lama. “Dan sebagai gantinya, aku tidak akan membawa barang-barangku malam ini … jika itu membuatmu merasa lebih baik.”
Chad mengangguk dan tersenyum kecil, “Sepakat.”
Dia membuka pintu dan keluar berdua namun mereka terhenti melihat Zackary berdiri diantara kedua pria dengan tangan berapi diarahkan ke keduanya.
“Oh sayang, kita pergi,” ucap Envy dan bergegas keluar pintu menyambar lengan Devon dan langsung menuju mobilnya.
Trevor mulai mengikuti namun Zackary menghentikannya, “tahan dulu, sang pencinta. Kita perlu berurusan dengan kakaknya terlebih dahulu.”
“Mari masuk dan aku akan menyeduh kopi,” tawar Chad, diikuti dengan helaan lega ketika Trevor berbalik dengan marah dan mengikutinya masuk ke rumah seperti seorang lelaki yang sedang menjalankan misi. Dia mengangguk saat Zackary mengikuti Trevor masuk, lalu menutup pintu bertanya-tanya apa yang akan dia hadapi.
Setelah mesin pembuat kopi dinyalakan, Chad kembali ke dua tamunya. Pada saat itu, dia lebih banyak memiliki pertanyaan dibandingkan jawaban dan itu tidak membantu apapun. “Sekarang apa maksud perkataan Envy bahwa ada setan yang berkeliaran? Dia juga mengatakan kalau Warren memanggil semua orang besok untuk mengadakan rapat tentang apa yang terjadi malam ini dan dia ingin kita bertiga menghadirinya.”
Trevor tidak bisa menahan senyum kecil di bibirnya. Jadi Envy ingin dia terlibat … ingin tetap dekat dengannya. Dia tidak bisa menyalahkannya. Kalau Devon yang melindunginya, dia tidak akan benar-benar merasa aman. Mengetahui kalau dia dibutuhkan membuat kemarahannya hampir mereda.
“Kita tetap harus menghadirinya bagaimana pun juga.” Dia menoleh ke Zackary yang menyetujui pernyataan tersebut. Dia tersenyum lagi menyadari kalau dia akan melihat Envy beberapa jam mendatang. “Aku rasa waktunya untuk memberitahumu apa yang sedang terjadi.”
Dia merasa jijik di dalam hati terkait bagaimana caranya menggunakan posisinya untuk mendekati Envy kembali. Dia juga sadar akan tangggapan orang lain terhadap hal itu. Devon bisa saja mengira bahwa dia kembali menggunakan Envy namun itu jauh dari kenyataan. Namun kembali lagi, dia tidak menggunakan kakaknya untuk mendekati Envy dan melaksanakan tugasnya dalam waktu yang bersamaan. Devon hanya perlu belajar bahwa semuanya adil dalam cinta dan perang … dan perubah wujud terbaik yang akan menang.
“Aku mendengarkan,” Chad menggerutu dan menyilangkan lengan di atas dadanya untuk mendapatkan perhatian Trevor kembali dari entah manapun itu.Dia tidak pernah mengganggap dirinya seorang cenayang namun dia cukup pintar dalam membaca Trevor saat itu.
“Kami tidak tahu banyak tentang setan, hanya sekadar tahu bahwa makhluk itu telah terperangkap di sini selama berabad-abad. Keberadaannya mendahului apapun yang kami miliki pada berkas P.I.T. namun kami tetap mencari petunjuk,” Zackary memulai dan berharap Trevor ikut membantu.
“Jadi kamu tahu kalau setan terpenjara di bawah pemakaman entah sudah berapa lamanya dan kamu tidak melakukan apapun tentang itu?” tuntut Chad.
Trevor menaikkan alisnya, “Apa yang kamu harapkan untuk kami lakukan? Membantunya lepas? Itu terperangkap di sana dan kami bahkan tidak tahu mengapa neraka telah runtuh dan vampir mampu merusak yang menjaganya.”
“Runtuh?” tanya Chad. “Maksudmu salah satu dari malaikat yang diceritakan Envy?”
Zachary mengangguk, “Ya, kami telah mengetahui tentang mereka sejak dulu. Kami tahu kalau masih ada yang lainnya, namun kami tidak bisa menemukan mereka dimana pun juga, dan ternyata dua telah terjatuh di sekitar kota dan mereka saling tidak menyadari keberadaan yang lainnya yang terperangkap di dalam gua hingga salah satu mendatanginya.”
“Kami juga memiliki seseorang yang tahu bagaimana cara menghadapi setan,” tawar Trevor. “Dengan keberuntungan, dia akan mampu menemukannya setelah kita memanggilnya.”
“Tidak terlambat untuk mundur,” ujar Zachary kepada Chad. “Katakan saja dan kami akan menghapus ingatanmu dari segala yang telah terjadi.”
Chad mengerutkan kening dan mulai menuangkan kopi untuk mereka bertiga. Dia telah menjadi polisi sepanjang hidupnya karena dia ingin membuat perbedaan. Walaupun lebih dari sekali, dia merasa tidak banyak berbuat. Selalu ada pengedar lainnya, pembunuh lainnya, pelanggar lalu lintas lainnya … terkadang itu tidak layak. Namun apa yang dilakukan oleh Trevor dan Zachary adalah membuat perbedaan … sebuah perbedaan yang selalu ingin dibuat oleh Chad.
Setelah menenggak habis kopinya dalam sekali minum, dia meletakkan cangkir dan mengangguk. “Aku ikut.”
*****
Angelica memuttuskan kalau ponsel lebih buruk dari setan ketika miliknya mulai berdering tiga kali di pagi hari. Melihat identitas pemanggil, dia menyipitkan mata dan mengambil receiver. Setelah menyalakannya, dia menyibakkan rambut hitamnya dan meletakkan benda tersebut di telinga.
“Kecuali dunia runtuh, laut berubah merah, tujuh wabah Mesir telah kembali, atau kamu sekarat, tidak ada penjelasan yang lebih baik kenapa kamu membangunkanku,” geramnya.
“Aw, ayolah Boo… apakah begitu caramu berbicara dengan beruang Zachy-mu?”
Angelica mematikan telepon dan membenamkan kembali kepalanya ke bantal. Dia baru akan kembali tidur ketika telponnya berdering kembali. Tanpa melihat ponselnya, dia menyalakannya dan berbicara kembali.
“Aku akan menangkapmu, Zachary,” gerutunya. “Kamu beserta anjing kecilmu.”
“Ya ampun, kilas balik Penyihir Oz,” lenguh Zachary dan Angelica diam-diam tersenyum akan tingkah antiknya, untungnya dia tidak melihat dirinya.
“Apa maumu?” dia terduduk, menyibak rambut dari wajahnya.
“Kami mendapatkan target yang sangat buruk untukmu bernama Misery,” tawar Zachary.
Angelica turun dari ranjangnya dan menyalakan lampu. “Seberapa besar?”
“Tidak pasti, namun tebakanmu level tujuh.” Dia tersenyum karena telah mendapatkan perhatiannya … dan dia sangat senang mendapatkan perhatian Boo.
Angelica berjalan ke ruang tengah dan menyalakan laptop. Dia mengetikkan beberapa hal dan mengerutkan kening.
“Level tujuh? Kamu yakin?” tanyanya. Apapun yang berada di atas level lima sangat berbahaya dan sangat ekstrim.
“Itu cuma tebakan,” jawab Zachary. “Itu mampu menjebak salah satu dari malaikat kami terjatuh yang telah kami ikuti dan yang satunya lagi telah terjebak di sana untuk waktu yang sangat lama. Karena mereka dianggap level tujuh maka aku berasumsi apapun yang cukup kuat untuk menjebak malaikat sebagai perbandingannya.”
Angelica mencari di dalam database miliknya. Lebih dari tiga perempatnya diperoleh secara ilegal dari ruang besi Vatican, namun tidak seorang pun yang akan berdebat dengan hasilnya. Fakta bahwa seekor setan level tujuh ditemukan di Los Angeles menjadi alasan yang lebih dari cukup untuk tidak hanya membangunkannya, namun juga seluruh kru P.I.T. lainnya.
Tiap setan ditempatkan dalam sebuah kelas dari satu hingga sepuluh, dengan level sepuluh setara dengan Satan sendiri. Dia benci menemui seseorang yang memiliki cukup sihir untuk menyegel setan level tujuh … kamu membutuhkan petir dewa untuk mengeluarkannya.
“Aku tidak menemukan setan manapun bernama Misery di area Los Angeles,” katanya setelah beberapa menit. “Coba kucari di hard drive eksternal dan mencari file di dalamnya.”
Dia mendengar Zachary sedang berbicara dengan seseorang dan menyadari itu Trevor hingga dia mendengar suara lainnya dalam percakapan tersebut.
“Dengan siapa kamu berbicara?” dia bertanya penasaran.
“Anggota terbaru tim kami, Chad,” jawab Zachary. “Dia seorang polisi lokal yang tahu sedikit lebih banyak, jadi kami mengajaknya untuk melindungi massa, dan yang kumaksud dengan massa adalah para idiot yang berkerja dengannya.”
Angelica menyeringai, “Mereka mungkin lebih buruk di luar sana.”
“Tidak terlalu,” ujar Zachary.
“Oke,” kata Angelica. “Aku sudah mencolokkannya, mari kita lihat apa yang bisa kudapat di sini.”
“Maksudmu kamu tidak tahu?” tanya Zachary heran.
Angelica menghela nafas, “Kamu tahu diriku.Terkadang aku lupa kepalaku sendiri jika tidak terpasang. Aku hanya memiliki sekali memiliki kesempatan untuk menelusuri sebagian dari benda ini.”
“Ya, kamu mengunduhnya secara terburu-buru.” ujar Zachary sambil menghela nafas. “Masa yang indah.”
Angelica mengakses hard drive dan mengetik sebuah kata dalam pencarian dan menekan enter.
“Kurasa kamu masih belum bertingkah baik.” tanya Angelica sambil bersandar di sofa sementara komputer sedang berkerja.
“Tentu saja tidak,” Zachary tertawa. “Kamu tidak bisa membawaku kemanapun, ingat?”
Angelica meringis teringat hanya beberapa bulan yang lalu ketika mereka menghadiri sebuah gala besar sambil memburu seekor manusia serigala berusia empat tahun yang tersesat dan tidak suka akan hal itu. Di akhir malam, Zachary kehilangan celananya karena si manusia serigala telah bertransformasi selama tantrum dan menyobek celananya.
Bagian terlucunya adalah Zackary tidak mengatakan apapun, langsung melepas celananya dan berjalan hanya menggunakan celana dalam dan jas tuksedo dan kemeja. Angelica tidak bisa berfikir jernih apakah harus malu atau tertawa keras. Melihat kakinya dengan kaus kaki setinggi lutut dan sepatu hampir membunuhnya ketika beberapa wanita muda mengerumuni dan ingin berdansa dengannya.
Laptopnya berbunyi dan dia memajukan diri untuk melihat apa yang didapatkan dari pencariannya.
“Menemukan sesuatu?” tanya Zachary.
Angelica membuka beberapa file berisi kata Misery dan mulai membaca. Rokoknya terjatuh dari jarinya saat dia membaca dan mendarat di kakinya.
“Ouch, sialan!” kutuknya dan mengambil kembali rokoknya, segera mematikannya.
“Semuanya baik-baik saja?” Zackary mengerutkan kening khawatir dan mengangkat tangannya ketika Trevor ingin tahu apa yang terjadi.
Angelica membaca informasi sekali lagi hanya untuk memastikan. “Aku mengejar penerbangan berikutnya,” dia memberi tahu Zachary sebelum melepas telepon dari telinganya. Dia menunda pertanyaan Zachary dan kembali melihat layar. Bukan apa yang telah dibaca yang membuatnya yakin ini begitu berbahaya … tapi kepala PIT yang entah bagaimana menyembunyikan file itu darinya.
Kalau Storm menyimpan rahasia … maka dia ingin tahu kenapa.