Читать книгу Buku Urantia - Urantia Foundation - Страница 51
5. Kekuasaan Mahatinggi Bapa
Оглавление3:5.1 (50.6) Dalam kontak-Nya dengan ciptaan-ciptaan pasca-Havona, Bapa Semesta tidak menjalankan kuasa tanpa batas dan otoritas final-Nya dengan melalui penyampaian langsung melainkan melalui para Putra-Nya dan kepribadian-kepribadian bawahan mereka. Tuhan melakukan semua ini dari kehendak bebas-Nya sendiri. Setiap dan semua kuasa yang dilimpahkan, bila kesempatan muncul, jika hal itu menjadi pilihan dari batin ilahi, maka kuasa itu dapat digunakan langsung; namun sebagai suatu aturan, tindakan demikian hanya terjadi sebagai suatu akibat dari kegagalan kepribadian yang dilimpahi untuk memenuhi tugas ilahi itu. Pada waktu-waktu demikian dan menghadapi kegagalan seperti itu dan di dalam batas-batas reservasi kuasa dan potensi ilahi, Bapa memang bertindak secara mandiri dan sesuai dengan mandat-mandat dari pilihan-Nya sendiri; dan pilihan itu selalu pilihan kesempurnaan yang tidak pernah gagal dan hikmat yang tanpa batas.
3:5.2 (51.1) Bapa memerintah melalui para Putra-Nya; turun melalui organisasi alam semesta ada rantai bersambung tak terputus penguasa-penguasa yang berakhir pada Pangeran-pangeran Planet, yang memimpin takdir-takdir dunia-dunia evolusioner di wilayah-Nya Bapa yang mahaluas itu. Bukanlah semata-mata ekspresi puitis seruan itu: “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.” “Dia memecat raja dan mengangkat raja.” “Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia.”
3:5.3 (51.2) Dalam urusan-urusan hati manusia, Bapa Semesta mungkin tidak selalu berhasil jalan-Nya; tetapi dalam kepemimpinan dan takdir suatu planet rencana ilahi itulah yang menang; maksud kekal dari hikmat dan kasih itu berjaya.
3:5.4 (51.3) Kata Yesus: “Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.” Ketika kamu melihat sekilas berbagai ragam pekerjaan dan menyaksikan kedahsyatan besarnya ciptaan Tuhan yang nyaris tak terbatas itu, kamu mungkin bimbang akan konsepmu tentang keutamaan-Nya, tetapi kamu tidak boleh gagal menerima Dia sebagai yang bertahta dengan kokoh dan kekal di Firdaus pusat dari segala sesuatu dan sebagai Bapa yang pemurah bagi semua makhluk cerdas. Hanya ada “satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua,” “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia..”
3:5.5 (51.4) Ketidak-pastian kehidupan dan perubahan-perubahan keberadaan itu sama sekali tidak bertentangan dengan konsep tentang kedaulatan semesta Tuhan. Semua kehidupan makhluk yang berevolusi itu dikelilingi oleh hal-hal tertentu yang tak terhindarkan. Pertimbangkan berikut ini:
3:5.6 (51.5) 1. Apakah keteguhan hati—kekuatan karakter— itu diinginkan? Maka haruslah manusia dibesarkan dalam suatu lingkungan yang mengharuskan pergulatan dengan kesukaran dan memberi reaksi pada kekecewaan-kekecewaan.
3:5.7 (51.6) 2. Apakah altruisme—pelayanan pada sesama orang itu—itu diinginkan? Maka haruslah pengalaman kehidupan menyediakan dijumpainya situasi-situasi ketimpangan sosial.
3:5.8 (51.7) 3. Apakah pengharapan—kebesaran untuk percaya—itu diinginkan? Maka keberadaan manusia haruslah selalu diperhadapkan dengan ketidak-amanan dan ketidak-pastian yang berulang-ulang.
3:5.9 (51.8) 4. Apakah iman—penegasan tertinggi dari pikiran manusia—itu diinginkan? Maka haruslah batin manusia mendapati dirinya dalam keadaan sulit bermasalah itu dimana selalu yang diketahui lebih sedikit dari yang dapat dipercayai.
3:5.10 (51.9) 5. Apakah cinta akan kebenaran dan kesediaan untuk pergi ke manapun arah yang ditunjukkannya, itu diinginkan? Maka haruslah manusia dibesarkan dalam sebuah dunia di mana kekeliruan itu hadir dan kepalsuan itu selalu mungkin.
3:5.11 (51.10) 6. Apakah idealisme—konsep mendekati yang ilahi—itu diinginkan? Maka haruslah manusia berjuang dalam suatu lingkungan kebaikan dan keindahan yang relatif, lingkungan-lingkungan yang merangsang kerinduan yang tak tertahankan untuk hal-hal yang lebih baik.
3:5.12 (51.11) 7. Apakah loyalitas—pengabdian pada tugas tertinggi—itu diinginkan? Maka haruslah manusia berjalan di tengah kemungkinan-kemungkinan pengkhianatan dan desersi. Keberanian untuk pengabdian pada tugas terdiri dalam bahaya kegagalan yang tersirat.
3:5.13 (51.12) 8. Apakah sifat tidak mementingkan diri—semangat untuk melupakan diri sendiri—itu diinginkan? Maka haruslah manusia fana hidup berhadapan muka dengan tuntutan tanpa henti dari suatu diri yang tak dapat dielakkan untuk mendapat penghargaan dan kehormatan. Manusia tidak dapat secara dinamis memilih kehidupan ilahi jika seandainya tidak ada kehidupan sendiri yang harus ditinggalkan. Manusia tidak pernah dapat memilih selamat berpegang pada perbuatan benar bila sebaliknya tidak ada potensi jahat yang dapat meninggikan dan membedakan dengan yang baik.
3:5.14 (51.13) 9. Apakah kenikmatan—rasa puas kebahagiaan—itu diinginkan? Maka haruslah manusia hidup dalam suatu dunia di mana alternatif rasa sakit dan kemungkinan penderitaan adalah kemungkinan-kemungkinan pengalaman yang selalu ada.
3:5.15 (52.1) Di seluruh alam semesta, setiap unit dianggap sebagai suatu bagian dari keseluruhan. Kelangsungan hidup bagian itu bergantung pada kerjasama dengan rencana dan tujuan keseluruhan, hasrat sepenuh hati dan kesediaan sempurna untuk melakukan kehendak ilahi Bapa. Dunia yang hanya evolusioner tanpa kesalahan (kemungkinan untuk keputusan tidak bijaksana) akan menjadi suatu dunia tanpa kecerdasan bebas. Dalam alam semesta Havona ada satu milyar dunia-dunia sempurna dengan penduduknya yang sempurna, tetapi manusia yang berevolusi itu haruslah bisa berbuat salah bila dia hendak menjadi bebas. Kecerdasan yang bebas dan tidak berpengalaman tidaklah mungkin pertamanya menjadi bijak secara seragam. Kemungkinan penilaian keliru (jahat) menjadi dosa hanya kalau kehendak manusia dengan sadar menyetujui dan dengan paham menganut suatu keputusan tidak bermoral yang disengaja.
3:5.16 (52.2) Penghargaan penuh akan kebenaran, keindahan, dan kebaikan itu melekat dalam kesempurnaan alam semesta ilahi. Penduduk dunia-dunia Havona tidak memerlukan potensi dari tingkat-tingkat nilai yang relatif itu sebagai suatu stimulus pilihan; makhluk-makhluk sempurna tersebut dapat mengenali dan memilih yang baik walaupun tanpa adanya semua situasi moral yang bertentangan dan memeras pikiran itu. Tetapi semua makhluk yang sempurna tersebut, dalam sifat moral dan status rohani, adalah seperti adanya mereka berkat fakta keberadaan. Mereka secara pengalaman telah memperoleh kemajuan hanya di dalam status yang melekat menjadi sifat mereka. Manusia fana meraih statusnya pun sebagai seorang kandidat kenaikan oleh iman dan pengharapannya sendiri. Segala sesuatu yang ilahi yang dipahami pikiran manusia dan diraih jiwa manusia adalah suatu pencapaian pengalaman; itulah suatu realitas pengalaman pribadi dan oleh sebab itu adalah suatu milik yang unik, berlawanan dibandingkan dengan kebaikan dan kebenaran melekat dari kepribadian-kepribadian yang tak bisa salah di Havona itu.
3:5.17 (52.3) Para makhluk Havona itu secara alami memang berani, tetapi mereka bukan pemberani dalam pengertian manusiawi. Mereka secara lahiriah ramah dan baik budi, tetapi tidak bisa disebut altruistik (mementingkan orang lain) dalam caranya manusia. Mereka mengharap suatu masa depan yang menyenangkan, tetapi tidak penuh harap seperti cara indahnya manusia yang percaya di dunia-dunia evolusioner yang tidak pasti itu. Mereka memiliki iman akan stabilitas alam semesta, tetapi mereka sama sekali asing terhadap iman yang menyelamatkan itu yang olehnya manusia memanjat naik dari status hewani menuju gerbang-gerbang Firdaus. Mereka mengasihi kebenaran, tetapi mereka tidak tahu apa-apa tentang kualitas-kualitasnya yang menyelamatkan jiwa. Mereka idealis, tetapi mereka dilahirkan seperti itu; mereka sepenuhnya tidak tahu suka cita untuk menjadi seperti itu melalui pilihan yang menggembirakan. Mereka setia, tetapi mereka tidak pernah mengalami getaran pengabdian sepenuh hati dan cerdas kepada tugas di hadapan cobaan untuk jatuh. Mereka tidak mementingkan diri, tetapi mereka tidak pernah mencapai tingkat pengalaman demikian melalui penundukan hebat atas suatu diri yang suka melawan. Mereka menikmati kenikmatan, tetapi mereka tidak memahami manisnya kenikmatan lolos dari kemungkinan rasa sakit.